Seintaiscraft

Jumat, 10 Juni 2011

peradaban sungai gangga

Selain peradaban Lembah Sungai Shindu, di India kuno ditemukan
pula peradaban Lembah Sungai Gangga yang terletak antara
Pegunungan Himalaya, dan Pegunungan Windya. Sampai sekarang,
di wilayah ini belum ditemukan sisa-sisa peninggalan peradaban
pada masa prasejarah. Peradabannya mulai berkembang sejak
masuknya bangsa Arya ke India dengan terbentuknya budaya Hindu.
a. Kebudayaan Hindu
Berubahnya pola hidup bangsa Arya dari seorang pengembara
menjadi hidup menetap, melahirkan kebudayaan campuran dengan
bangsa aslinya, yaitu bangsa Hindu dan kebudayaanya disebut
Kebudayaan Hindu (Hinduisme). Daerah perkembangan pertamanya terdapat di lembah Sungai Gangga, yang disebut Aryavarta (negeri orang
Arya) dan Hindustan (tanah milik orang Hindu).
Bangsa Hindu melahirkan karya sastra berupa kitab Weda
yang berisi cerita kepahlawanan bangsa Arya juga puji-pujian
kepada dewa. Kitab Suci Weda terdiri dari empat bagian, yaitu:
(1) Reg-Weda, berisi syair-syair pemujaan kepada dewa-dewa.
(2) Sama-Weda, berisi nyanyian untuk memuja dewa.
(3) Yayur-Weda, berisi bacaan untuk keselamatan.
(4) Atharwa-Weda, berisi ilmu untuk menghilangkan marabahaya.
Selain Kitab Suci Weda, terdapat Kitab Brahmana yang isinya
doa-doa ucapan Brahmana saat dilangsungkan upacara, dan Kitab
Upanishad yang isinya ajaran keagamaan dari guru.
Ajaran Hindu mengenal banyak dewa (polytheisme), namun
dewa yang menjadi utama adalah Dewa Brahma, Dewa Wisnu
dan Dewa Siwa.
Bangsa Arya mengatur tatanan sosial masyarakat-masyarakat
yang dijumpainya dengan sistem kasta. Sistem kasta terdiri dari
4 bagian, yakni:
(1) Kasta Brahmana: kaum agamawan.
(2) Kasta Kstaria: kaum pemerintahan.
(3) Kasta Waisya: kaum petani dan pedagang.
(4) Kasta Sudra: kaum pekerja.
Selain sistem kepercayaan, bangsa Arya juga membangun
sistem kemasyarakatan. Dari kitab Rig−Veda kita memperoleh
gambaran tentang kehidupan masyarakat pada masa itu.
Kitab−kitab lain yang dianggap suci dalam agama Hindu
adalah Purana. Kitab ini terdiri dari 18 bab dengan isinya yang
berbeda−beda. Namun secara umum, ke−18 bab ini memuat hal−
hal berikut ini.
(1) Sarga memuat cerita tentang penciptaan alam semesta.
(2) Pratisarga memuat cerita tentang penciptaaan kembali dunia
setiap kali di dunia yang ada lenyap.(3) Wamca memuat cerita tentang asal usul para dewa dan resi.
(4) Manwantarani memuat cerita tentang pembagian waktu satu
hari Brahma.
(5) Wamcanucarita memuat cerita tentang raja−raja yang
memerintah di atas dunia.
Pada saat ini, dalam agama Hindu juga muncul aliran−aliran
tertentu. Aliran−aliran ini umumnya didasarkan pada nama dewa
yang mereka puja. Di antaranya Hindu Siwa yang memuja Dewa
Siwa dan Hindu Waisnawa yang memuja Dewa Wisnu.
b. Agama Buddha
Agama Buddha diajarkan oleh Sidharta Gautama Sang Buddha
(artinya Yang Diterangi/Yang Disinari). Pada awalnya, Sidharta
Gautama adalah seorang pangeran di Kerajaan Kapilawastu dan
termasuk golongan Kasta Ksatria. Gaya hidup yang dijalani
Sidharta semenjak kecil selalu dalam kemewahan dan serba
berkecukupan, walaupun begitu tidak pernah merasakan
ketenangan batiniah. Pada suatu masa dia mencari ketenangan
untuk melepaskan samsara (penderitaan) yang dialaminya dengan
cara bersemedi di bawah pohon pipala (bodhi). Kurang lebih 7
tahun ia mendapatkan sinar terang di hatinya dan menjadi Sang
Buddha. Ajarannya pertama kali mulai diperkenalkan kepada
masyarakat di Taman Rusa Benares.
Buddha percaya pada reinkarnasi dan karma, yang telah
membuat hidupnya sengsara, oleh karena itu manusia harus
memutuskan kesengsaraanya dengan delapan jalan suci, yakni
pandangan yang benar, niat yang benar, berbicara yang benar,
berbuat yang benar, penghidupan yang benar, berusaha yang
benar, perhatian yang benar dan bersemedi yang benar.
Berbeda dengan agama Hindu, agama Buddha tidak
mengenal kasta dan memandang kedudukan manusia yang sama
di dalam susunan masyarakat. Oleh karena itu, agama Buddha
sangat diminati oleh masyarakat yang bergolongan rendah.
Tiga unsur utama yang terdapat dalam ajaran Buddha,
sebagai berikut:
(1) Sang Buddha, berbakti kepada Sang Buddha.
(2) Dharma, berbakti kepada ajarannya.
(3) Sangha, berbakti kepada umatnya.
Keseluruhan ajaran Buddha kemudian dibukukan dalam
Kitab Tripitaka. Kitab Tripitaka menjadi pedoman ritual bagi
kehidupan para pengikutnya. Kitab ini terdiri dari tiga kumpulan
tulisan, yakni Sutra Pitaka, Vinaya Pitaka, dan Abhidharma Pitaka.
Sang Buddha wafat pada tahun 483 di Kucinagara, ajarannya
berkembang menjadi dua aliran yang berbeda, yaitu Buddha
Hinayana dan Buddha Mahayana. Buddha Hinayana memiliki

dirinya sendiri, sedangkan Buddha Mahayana bersifat terbuka
dengan bertujuan pembebasan lebih luas, selain untuk dirinya
sendiri juga bagi orang lain.
Perkembangan agama Buddha di India mencapai puncak
kejayaannya pada masa pemerintahan Raja Ashoka dari Dinasti
Maurya (273 − 232 SM). Pada masa itu, Raja Ashoka menetapkan
agama Buddha sebagai agama resmi negara. Ia juga memerintahkan
pembuatan stupa−stupa Buddha di berbagai tempat.
c. Aliran Jaina
Rekasi terhadap dominasi Brahmana dalam budaya Hindu tidak
hanya melahirkan agama Buddha, juga aliran Jaina yang diajarkan
oleh Mahavira pada tahun 540-468 SM. Aliran Jaina melarang
menyakiti makhluk lain tetapi menyakiti diri sendiri dapat
dibenarkan. Pembebasan rasa ketersiksaan batin dapat dilakukan
dengan melakukan Tri Ratna atau Tiga Permata, yakni iman yang
benar, pengetahuan yang benar dan sikap yang benar.
Aliran Jaina tidak mengenal adanya sang pencipta dan
menolak adanya upacara-upacara ritual. Oleh sebab itu, banyak
peminatnya terdiri dari golongan pedagang yang tidak memiliki
waktu untuk urusan ritual dan lebih mementingkan jalannya
usaha. Selain itu, tidak adanya pembagian kasta diminati pula
oleh golongan kasta rendah.
Yang lebih menarik pada ajaran Jaina adalah menganggap
dunia sebagai sesuatu yang dosa dan jahat sehingga tidak
mementingkan hal-hal yang duniawi, salah satunya adalah
penggunaan pakaian yang tidak mementingkan unsur keindahan
atau mode.
Antara ajaran Jaina dan Buddha memiliki kesamaan dalam
hal larangan atau dikenal dengan istilah dasasila, di antaranya:

(1) jangan membunuh;
(2) jangan mengambil hak orang lain;
(3) jangan berzina;
(4) jangan berbohong;
(5) jangan minum minuman keras;
(6) jangan makan sebelum waktunya;
(7) jangan mengunjungi tempat berfoya-foya;
(8) jangan memakai pakaian bagus;
(9) jangan tidur di tempat yang enak;
(10) jangan menerima pemberian uang.
Ajaran Jaina banyak dianut oleh orang-orang India,
walaupun tidak sebanyak penganut agama Hindu, fikiran aliran
ini masih memengaruhi perilaku orang India sekarang.
d. Pemerintahan
Pemerintahan yang pernah berkuasa di wilayah Lembah Sungai
Gangga adalah Kerajaan Gupta. Kerajaan ini erat kaitannya
dengan keberadaan Kerajaan Maurya di Lembah Sungai Shindu.
Runtuhnya kerajaan ini mendorong timbulnya Kerajaan Gupta
yang menguasai India

1) Kerajaan Candragupta
Raja-raja yang pernah berkuasa di Kerajaan Gupta, yaitu:
1) Candragupta I (320-330)
2) Samudragupta (330-375)
3) Candragupta II (375-415)
Pada masa Candragupta II, kondisi Kerajaan Gupta
mengalami kemajuan yang pesat terutama di bidang perdagangan,
kesenian dan ilmu pengetahuan, bahkan pada masa ini ditemukan
teknologi pembuatan cat, pengawetan kulit dan pembuatan kaca.
2) Kerajaan Harsha
Setelah Candragupta II wafat, Kerajaan Gupta mulai mundur
malah membawa India mengalami masa kemunduran selama dua
abad hingga muncul kembali masa kejayaan India dengan
berdirinya Kerajaan Harsha pada abad ke-7 dengan ibukota
Kanay. Kerajaan ini pun akhirnya runtuh pada abad ke-11.



sifat tertutup dengan bertujuan pembebasan samsara hanya bagi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar